Ancaman Disintegrasi Bangsa Darul Islam / Negara Islam Indonesia (DI/TII)

pencegahan pemberontakan darul islam




Kronologis Sejarah Singkat


Berikut kami sajikan versi singkat dari ancaman disintegrasi bangsa Indonesia oleh Darul Islam/Negara Islam Indonesia atau yang biasa disingkat DI/TII di berbagai daerah di Indonesia.


A. Jawa Barat


  • Waktu: 14 Agustus 1947
  • Latar belakang: Tidak setujunya dengan pemerintah RI saat terjadi perundingan Renville yang dianggap merugikan pemerintah Indonesia
  • Pemimpin: Sekarmaji Maridjan Kartosuwiryo
  • Cara penumpasan: Melakukan Operasi Militer taktik pagar besi yang menggunakan ratusan ribu rakyat untuk mempersempit ruang gerak
  • Hasil: Pada tanggal 4 juni 1962 kartosuwiryo berhasil ditangkap di gunung beber oleh pasukan Siliwangi


Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo tidak setuju terhadap isi perjanjian Renville.

Sewaktu TNI hijrah ke daerah RI ( Yogyakarta ) ia dan anak buahnya menolak dan tidak mau mengakui Republik Indonesia dan ingin menyingkirkan Pancasila sebagai dasar negara.

Untuk itu dia memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan nama Darul Islam ( DI )


B. Jawa Tengah

  • Waktu: 23 Agustus 1948
  • Latar belakang: Pengurusan penggabungan laskar – laskar masuk ke dalam TNI
  • Pemimpin: Amir Fatah
  • Cara penumpasan: Pemerintah membentuk pasukan baru yang disebut dengan Bintang Raiders
  • Hasil: Dilakukannya operasi guntur pada tahun 1954, gerombolan Amir Fatah dapat dicerai Beraikan


Dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu.

Selama Agresi Militer Belanda ke II Amir Fatah diberi tugas menggabungkan laskar-laskar untuk masuk dalam TNI.

Namun setelah banyak anggotanya ia beserta anak buahnya melarikan diri dan menyatakan bagian dari DI/TII.


C. Sulawesi Selatan

  • Waktu: 30 April 1950
  • Latar belakang: Banyak pemuda sulawesi yg tergabung dalam PRI sulawesi ikut bertempur untuk mempertahankan kota Surabaya
  • Pemimpin: Kahar Muzakar
  • Cara penumpasan: Dilakukan penyergapan oleh pasukan TNI
  • Hasil: Kahar Muzakar tertembak mati


Dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakar. Dia berambisi untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan APRIS ( Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ).

Dan menuntut agar Komando Gerilya Sulawesi Selatan ( KGSS ) dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin. 

Tuntutan tersebut ditolak oleh pemerintah sebab hanya mereka yang memenuhi syarat saja yang akan menjadi tentara maka terjadilah pemberontakan tersebut.


D. Aceh

  • Waktu: 20 September 1953
  • Latar belakang: Setelah proklamasi Kemerdekaan RI, di Aceh terjadi pertentangan antara alim ulama dengan para kepala asla
  • Pemimpin: Tengku Daud
  • Cara penumpasan: Antar prakarsa panglima kadam iskandar muda, colonel M. jann maka dilaksanakan musyawarah kerukunan rakyat Aceh
  • Hasil: Musyawarah ini mendapat dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat aceh dan berhasil memulihkan keamanan


Dipimpin oleh Daud Beureueh Gubernur Militer Aceh, karena status Aceh sebagai daerah Istimewa diturunkan menjadi sebuah karesidenan di bawah propinsi Sumatera Utara.

Ia lalu menyusun kekuatan dan menyatakan dirinya bagian dari DI/TII.

Pemberontakan ini dapat dihentikan dengan jalan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh ( MKRA ).


E. Kalimantan Selatan

  • Waktu: Oktober 1950
  • Latar belakang: Terjadi pemberontakkan kesatuan masyarakat tertindas
  • Pemimpin: Ibnu Hajar
  • Cara mengatasi: Melakukan gerakan Operasi militer ke Kalimantan selatan
  • Hasil: Pada tahun 1954 ibnu hajar di tangkap dan di hukum mati pada 22 maret 1955


Dipimpin oleh Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya bagian dari DI/TII dengan memperjuangkan kelompok rakyat yang tertindas.

Dia dan anak buahnya menyerang pos-pos kesatuan tentara serta melakukan tindakan pengacauan yang pada akhirnya Ibnu Hajar sendiri ditembak mati.


Semoga bermanfaat. 
@TugasKurtilas

DONASI LEWAT PAYPAL Mohon bantu berikan donasi apabila artikel ini memberikan manfaat. Terimakasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1



Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel