Jejak Jalan Sutra Yang Hilang dan Bekas Peninggalan Kebudayaan Kuno Yang Indah

Jalan sutera yang penuh misteri

Jalan sutra merupakan jalan yang digunakan untuk berdagang sutra, dimana komoditas ini banyak dicari pedagang pada zaman dahulu yang dibuka oleh dinasti Qin pada awalnya dan diteruskan oleh dinasti lainnya dan mengalami puncak kejayaan pada masa dinasti Han akhir dan masih berlangsung sampai dinasti Cina yang paling akhir yaitu dinasti Qing.

Setelah terjadi perang 3 negara pada masa akhir dinasti Han menyebabkan perubahan jalan sutera dan beberapa jalan sutera tidak bisa dilewati karena segi keamanan dan lainnya karena kebijakan pemerintah pada masa itu yang mengubah arah jalan sutra itu.

Bekas jalan sutera menghasilkan suatu peradaban dan peninggalan dari kebudayaan kuno yang tak lekang oleh perubahan zaman.

Jejak Jalan Sutra dan Bekas Peninggalan Peradaban Yang Indah

Apa itu jalan sutra dan mengenal peradaban Cina kuno yang hilang serta meninggalkan bekas jalan yang hilang oleh perubahan waktu dan masa.

Definisi Jalan Sutra

Jalan Sutera merupakan jalan yang mempunyai historis yang panjang dan kelam oleh hilangnya kebudayaan pada zaman dahulu.

Jalan sutera adalah jalur jalan terpanjang yang membentang diantara dua benua, menghubungkan Cina dan dunia barat, yang zaman dulu dipakai sebagai rute perdagangan melalui darat.

Keberadaan Jalan Sutera yang Misterius


Sejak lama negara Cina dikenal sebagai penghasil kain sutra yang hasilnya diekspor ke barat, terutama melalui jalan ini, makanya disebut jalan sutra atau disebut dengan the silk road.

Kebudayaan tersebut lahir saat jalan sutra ramai dikunjungi oleh pedagang, pengelana, prajurit, biarawan dan penggembala yang menjadikan jalan tersebut pertemuan antara kebudayaan Cina, India, Arab, Persia, Romawi dan Asia Tengah.

Pada zaman dahulu Cina memperkenalkan komoditas sutra kepada dunia luar terutama negara barat dengan pakaian tenun yang halus, lembut dan indah.

Sehingga mengundang pedagang-pedagang di barat untuk menjelajahi jalur sutra dimana mempunyai panjang kurang lebih 7000 km hanya untuk mendapatkan komoditas tersebut.

Orang-orang yang menyukai komoditas sutra harus rela menyusuri jalan padang tandus, gurun gersang, savana, stepa dan juga trading atau barter dengan komoditas lainnya yang di negara Cina komoditas itu tidak ada, seperti batu permata, cincin permata, tembikar India, liontin persia, dll

Sehingga sepanjang jalan sutra lahirlah kebudayaan dan kota-kota baru dimana kota tersebut ada karena orang menginginkan komoditas dan mencari tempat tinggal serta mencari makan dimana perjalanan tersebut lebih mudah dan nyaman untuk dilalui.

Peninggalan Kebudayaan Kuno Hasil Dari Jalan Sutra Yang Hilang

Kondisi hilangnya jalan sutera disebabkan oleh perubahan zaman dan kondisi strategis jalan, kebijakan pemerintah pada masa itu, keamanan, dll

Pada zaman Cina Kuno jalan yang dilewati jalan sutera mengalami perkembangan dan melahirkan suatu peradaban dimana hasil dari peradaban itu menghasilkan karya yang indah dan tidak lekang oleh perkembangan zaman, diantaranya adalah sebagai berikut:

Prajurit Terakota di Xi’an

Ditemukan prajurit Terakota ditemukan di daerah Tong, 30 km dari kota Xi’an pada bulan Maret 1947, terletak di dekat makam Kaisar Qin Shi huangdi pada tahun 210-209 SM.

Menurut sejarah prajurit patung ini dibuat dari tembikar atau tanah lempung yang dipahat indah, beberapa yang lainnya ada yang dibuat dari batu.

Prajurit terakota di Xi'an
Prajurit Terakota Yang Abadi


Tujuan dalam pembuatan patung tersebut menurut pakar arkeologi dan sejarah bahwa dengan adanya prajurit Terakota, Kaisar Qin dapat memerintah pasukan lagi saat kaisar wafat  (hidup di dunia lain setelah kematian) sehingga prajurit itu tetap menemani kaisar ke alam fana.

Bahan-bahan pembuatan patung terakota ini berasal dari Gunung Lishan, dimana tanah lempung dan kapur semen banyak terdapat disana.

Pembuatan patung tersebut dimulai sekitar 246 SM dan mempekerjakan kurang lebih 700.000 pematung dan pemahat. Pengerjaan patung tersebut dilakukan selama hidup Kaisar Qin.

Kaisar Qin secara khusus memerintahkan kepada pembuat patung terakota agar wajah patung-patung itu tidak boleh ada yang sama antara satu patung dan patung lainnya.

Patung-patung tersebut dibuat dalam bermacam-macam pose dimana ada patung prajurit yang mengendarai kuda dan kereta, patung yang membawa tombak, patung yang membawa pedang dan ada patung kuda yang kokoh berdiri dengan dibawa oleh prajurit terakota.

Sejarah Terakota terkubur oleh tanah selama ribuan tahun disekitar kota Xi'an, Cina. Hal tersebut diketahui dengan adanya campuran peradaban di Asia Tengah dimana ada bahan-bahan dari tembikar lain juga ditemukan disekitar patung Terakota.

Peradaban Asia Tengah dan Mongolia ikut mewarnai jalan sutra yang menghubungkan antara Cina dan Asia Tengah, sehingga para pedagang, pengelana dan pemahat terdapat juga dari penduduk dari Asia Tengah dan Mongolia dalam pengerjaan patung tersebut.

Pada zaman dahulu kota tersebut terkenal dengan tenunan sutra yang indah dan mempesona, dimana sebagian digunakan untuk baju perang pasukan terakota semasa dinasti Qin berkuasa.


Menara lonceng di Xi’an

Menurut cerita rakyat bahwa lonceng di Xi'an adalah lambang dari kota Xian. Pada pemerintahan dinasti Ming, ribuan orang tewas karena gempa bumi di Shaanxi.

Menurut mitos di masyarakat setempat bahwa orang-orang mengatakan ada naga raksasa yang muncul di tengah kota itu dan menimbulkan gempa bumi, sehingga kaisar menyuruh pandai besi untuk membuat rantai sepanjang 300 meter untuk mengikat naga tersebut di tengah kota.

Gambar Menara lonceng Xian
Menara Lonceng Xian

Kaisar juga menyuruh 5.000 tukang besi yang terampil untuk membangun menara di sekeliling tempat naga itu terikat, untuk memenjarakan naga itu ke dalam tanah sehingga tidak menimbulkan gempa lagi selamanya.

Dari cerita rakyat diatas ditemukan juga peradaban dari Asia Tengah dan kesamaan cerita rakyat di Mongolia, dengan percampuran budaya Cina dan Asia Tengah.

Pada zaman jalan sutera menara tersebut merupakan tempat perlintasan penduduk Mongolia, Asia Tengah dan Cina dalam berdagang dan mendapatkan komoditas tenunan kain sutra.

Kuil Kuda Putih di Luoyang

Lokasi Kuil Kuda Putih terletak 12 km dari kota Luoyang atau disebut dengan nama kota Loyang, dimana merupakan salah satu kuil tertua di Cina.

Menurut sejarah kuil itu dibangun sekitar tahun 68 Masehi, saat agama Buddha semakin surut di India dan agama Budha kembali bersinar di Cina dengan membawa ajaran agama Budha ke Cina.

Dua orang bhikku mendatangi kota Luoyang dengan menunggang kuda putih, membawa kitab suci agama Buddha dari India untuk disebarkan di kota Ini.

Gambar patung kuda putih louyang
Patung Kuda Putih

Dalam sejarah juga tercatat bahwa tempat ini digunakan oleh Kaisar kedua Han, Lui Zhuang, untuk menuntut ilmu dan mengembangkan ajaran Budha.

Dahulu lebih dari 1000 orang bhikku tinggal di tempat ini, pada kuil Budha ini terdapat makam dua bhikku yang menjadi tempat keramat bagi umat Budha.

Sejarah budaya dan agama Budha dari India juga dibawa ke tempat ini sehingga menghasilkan peradaban agama dan budaya baru di Cina.

Di zaman jalan sutra banyak biarawan, pengelana dan pedagang yang melintasi dari India ke Cina untuk berdagang dan menyebarkan agama Budha.


Mogao Grotto di Dunhuang


Mogao Grotto disebut juga Gua Seribu Buddha, di masa jalan sutera dikenal sebagai tempat:

"Mutiara Yang Berkilau Di Jalur Sutra"

Dimana tempat tersebut pada zaman dahulu digunakan orang untuk singgah dan mencari penginapan agar mereka tidak kehabisan bekal selama perjalanan menyusuri jalan sutra.

Gua ini dipahat dari karang batu pasir Gunung Mingsha, yang terbentang sepanjang 1600 meter dari selatan ke utara.

Dibangun pada abad ke-14, lukisan mural sepanjang 4500 meter persegi dan lebih dari 2000 patung berwarna adalah merupakan salah satu warisan sejarah kebudayaan Budha yang masih tersisa di dunia.

Gambar Gua Mogao Grotto
Gua Mogao Grotto

Gua Mogao Grotto pertama kali dipahat pada tahun 366 Masehi, dimana didapatkan dari ide dari Bhikku Yue Zun.

Bikku itu bermimpi bahwa ada terdapat 1000 Buddha emas saat dia pulang ke rumah melewati wilayah ini dan dia memutuskan untuk mewujudkan mimpinya dan sekarang menjadi nyata.

Lebih dari 1000 tahun kemudian, 16 dinasti jatuh dan berdiri, namun pekerjaan maha akbar ini terus dilanjutkan, melibatkan seniman lintas generasi dan sekarang menghasilkan master piece yang mempesona dunia.

Yang menakjubkan, konstruksi yang selesai dibangun pada zaman Dinasti yuan sampai sekarang masih tegak berdiri dan tahan terhadap erosi alam, kerusakan dan perang.

Masih ada 492 gua yang masih berdiri dan lebih dari 2000 patung dan 45.000 mural masih ada disana.

Keberadaan Gua tersebut merupakan saksi bisu terdapat jalan sutra yang hilang dan kelam oleh perubahan zaman sehingga meninggalkan kebudayaan kuno dimana sekarang masih dapat diingat dan diceritakan kepada anak cucu dan generasi kita yang akan datang.

* Catatan:
Bikku adalah Biksu

Sumber:
Peradaban kuno

DONASI LEWAT PAYPAL Mohon bantu berikan donasi apabila artikel ini memberikan manfaat. Terimakasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1



Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel